Suka Cita Natal di Negeri Rantau

Tanpa terasa Natal sudah terlewati, dan tanpa terasa juga Natal kali ini aku tak bisa merayakan bersama keluarga dan orang-orang yang paling aku sayangi. Tapi semua itu bisa terganti dengan kehadiran teman-teman seperjungan yang setia dalam suka maupun duka. Sungguh suatu yang sangat berharga, karena baru kali ini aku merayakan Natal di tanah rantau dan jauh dari keluarga.

Dan ini juga merupakan pengalaman pertamaku yang ku alami ketika aku mengikuti misa malam Natal di gereja St. Laurentius Bandung paroki yang paling dekat dengan kost-kostan ku.
Malam itu aku memilih ikut misa terakhir, karena aku ingin merasakan moment malam Natal dengan suasana yang tenang. Aku sengaja pergi lebih awal, jam 8 tepat aku udah nymape di gereja padahal misa baru akan dimulai jam 9.

Bertepatan dengan itu pula misa kedua selesai, umat yang berdesak-desakan keluar dari gereja menjadi pemandangan yang luar biasa. Ditengah hiruk pikuk dan bermacam-macam tingkah dan penampilan umat yang sangat antusias menyambut kelahiran sang Juru Selamat. Ada yang saling mengucapkan selamat Natal kepada kenalan dan sanak saudaranya, cipika-cipiki disana kemari. Dan satu yang paling unik disini, momen itu dimanfaatkan oleh oknum yang sengaja cari celah dalam kesempitan ini.

Aku mengarah pada seorang bapak-bapak dengan santai berdiri didepan pintu gerbang gereja dengan sebuah tas sambil menyodorkan sepotong kertas yang aku lihat jelas berisi lambang salah satu parpol dan photo seorang caleg. Ternyata moment natal ini buatnya menjadi moment berkampanye. Wah gawat juga dunia politik Indonesia ku tercinta ini.
Tanpa basa-basi ketika gereja mulai kosong, aku langsung saja memasuki gereja takutnya gak dapat tempay duduk.

Sedikit demi sedikit gereja mulai terisi, ada yang datang sekeluarga ada juga dengan pasangan masing-masing (maksudnya yang lagi pacaran). Kebanyakan umat yang aku lihat dari komunitas Thionghoa, memang komunitas ini dimana-mana selalu mendominasi dalam hal keimanan.

Sejenak menunggu misa dimulai, lagi-lagi aku melihat hal yang belum pernah kulihat. Ketika petugas tatib sibuk mengatur umat kesana kemari mencarikan bangku kosong buat umat yang baru datang. Nah, saat itu seorang tatib menyapa ibu-ibu dan bertanya apakah bangku disebelahnya sudah ada yang ngisi belum. Tapi dengan cueknya ibu itu menjawab kalau bangku disebelanya sudah di “booking” untuk saudaranya yang lagi dalam perjalanan.
Ugghhh..... Cape dech... Bangku gereja kok di “booking”. Aya'-aya' wae'....

0 komentar:

 
Copyright © ..::Blog Tisen::..